SOCIAL MEDIA

Tuesday, May 10, 2016

Book Review: Tidak Ada New York Hari Ini by M. Aan Mansyur

Penulis: M. Aan Mansyur
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 120
Format: Paperback
Terbit: April, 2016
Harga: Rp41.600 (BukaBuku)
Rating: 3½ / 5 stars

Date started: 31 April, 2016 - Date finished: 31 April, 2016

Sinopsis:
Hari-hariku membakar habit diriku
Setiap kali aku ingin mengumpulkan
tumpukan abuku sendiri, jari-jariku
berubah jadi badai angin.

Dan aku mengerti mengapa cinta diciptakan-

Review:
Setelah menonton film yang sedang booming di kalangan warga Indonesia selain Captain America: Civil War, yaitu Ada Apa Dengan Cinta? 2 aku memutuskan untuk mencoba membaca puisi-puisi M. Aan Mansyur, sebelumnya aku sudah pernah memiliki buku puisinya yang Melihat Api Bekerja dan juga novelnya yang diterbitkan GagasMedia. Alasan embelli buku ini? Karena saat melihat filmnya melihat puisi-puisi mas Aan dihidupkan oleh Rangga (Nicholas Saputra) entah kenapa, saat Rangga membacakan puisi mas Aan ini rasanya pas sekali. Jadilah aku segera membeli buku ini setelah menonton filmnya.

Tidak Ada New York Hari Ini berisi puisi-puisi karya mas Aan yang dibumbui desain layout yang mantap dan foto-foto suasana di New York. Puisi-puisi di dalam buku ini memiliki tema seputar cinta, kerinduan dan berbagai hal-hal mellow, gundah gulana, galau, dll. Setelah membaca buku puisi ini aku memutuskan untuk tidak akan membeli buku-buku puisi lagi, tidak, ini tidak menutup kemungkinan aku membaca buku puisi hasil pinjaman ataupun e-book. Alasannya adalah karena setelah membaca buku ini aku tidak dipenuhi perasaan apa-apa, bukan karena puisi mas Aan yang jelek, justru jauh dari itu. Hanya saja aku merasa bahwa buku puisi ini bukan tipe bacaan yang cocok untukku.

Memang ada puisi yang menarik bagiku, tapi setelah sampai di halaman terakhir aku tidak memiliki kepuasan setelah membacanya ataupun menimbulkan sebuah kecintaan terhadap buku ini. Sebagai anak yang visual, tentu saja nilai plus buku puisi ini bagiku ada di foto-foto Mo Riza. Foto-foto black & white hasil jepretan Mo Riza ini sungguh menarik bagiku (mungkin ada juga alasan tambahan karena aku memang dari dulu mengagumi kota New York).

Sepertinya memang yang salah adalah diriku karena tidak bisa meresapi puisi-puisi mas Aan. Tetapi jujur saja aku tidak merasakan apa-apa saat membaca puisi-puisi di dalam buku ini. Apabila kalian penasaran tolak ukur penilaianku untuk buku ini aku akan menjelaskannya. Jadi pada akhirnya aku memutuskan untuk memberikan 3½ bintang untuk buku ini 2 bintang karena aku merasakan buku ini biasa saja, dan seperti Goodreads 2 bintang berarti "it was okay" lulu 1 bintang untuk foto-foto hasil karya Mo Riza dan ½ bintang adalah karena pada saat aku membaca buku ini aku membayangkan yang membacakan puisi-puisinya adalah Rangga dan itu membuat pengalaman membacaku jadi sedikit lebih baik.

Sebagai penutup aku akan menunjukkan puisi favoritku, yang aku yakin pasti juga disebutkan oleh orang-orang yang sudah membaca buku puisi ini.
Batas

Semua perihal diciptakan sebagai batas.
Membelah sesuatu dari sesuatu yang lain.
Hari ini membatasi besok dan kemarin. Besok
batas hari ini dan lusa. Jalan-jalan memisahkan 
deretan toko dan perpustakaan kota, bilik penjara
dan kantor walikota, juga rumahmu dan seluruh 
tempat di mana pernah ada kita.

Bandara dan udara memisahkan New York
dan Jakarta. Resah di dadamu dan rahasia
yang menanti di jantung puisi ini dipisah
kata-kata. Begitu pula rindu, hamparan laut
dalam antara pulang dan seorang petualang
yang hilang. Seperti penjahat dan kebaikan
dihalang uang dan undang-undang.

Seorang ayah membelah anak dari ibunya-
dan sebaliknya. Atau senyummu, dinding
di antara aku dan ketidakwarasan. Persis
segelas kopi tanpa gula menjauhkan mimpi
dari tidur.

Apa kabar hari ini? Lihat tanda tanya itu,
jurang antara kebodohan dan keinginanku
memilikimu sekali lagi.
That's all for now!

No comments

Post a Comment