SOCIAL MEDIA

Thursday, July 14, 2016

Book Review: Raden Mandasia si Pencuri Daging Sapi by Yusi Avianto Pareanom

Penulis: Yusi Avianto Pareanom
Penerbit: Banana Publishing
Tebal: 450
Format: Paperback
Terbit: Maret, 2016
Harga: Rp56.000 (IDEA Book Store by Madma)
Rating: 5 / 5 stars

Date started: 7 Juli, 2016 - Date finished: 13 Juli, 2016

Sinopsis:
SUNGU LEMBU menjalani hidup membawa dendam. Raden Mandasia menjalani hari-hari memikirkan penyelamatan Kerajaan Gilingwesi. Keduanya bertemu di rumah dadu Nyai Manggis di Kelapa. Sungu Lembu mengerti bahwa Raden Mandasia yang memiliki kegemaran ganjil mencuri daging sapi adalah pembuka jalan bagi rencananya. Maka, ia pun menyanggupi ketika Raden Mandasia mengajaknya menempuh perjalanan menuju Kerajaan Gerbang Agung.

Berdua, mereka tergulung dalam pengalaman-pengalaman mendebarkan: bertarung melawan lanun di lautan, ikut menyelamatkan pembawa wahyu, bertemu dengan juru masak menyebalkan dan hartawan dengan selera makan yang menakjubkan, singgah di desa penghasil kain celup yang melarang penyebutan warna, berlomba melawan maut di gurun, mengenakan kulit sida-sida, mencari cara menjumpai Putri Tabassum Sang Permata Gerbang Agung yang konon tak pernah berkaca—cermin-cermin di istananya bakal langsung pecah berkeping-keping karena tak sanggup menahan kecantikannya, dan akhirnya terlibat dalam perang besar yang menghadirkan hujan mayat belasan ribu dari langit.

Meminjam berbagai khazanah cerita dari masa-masa yang berlainan, Yusi Avianto Pareanom menyuguhkan dongeng kontemporer yang memantik tawa, tangis, dan maki makian Anda dalam waktu berdekatan—mungkin bersamaan.
Review:
Banjaran Waru dulunya merdeka, tapi setelah dijajah oleh Kerajaan Gilingwesi sekarang Banjaran Waru menjadi tunduk kepada Kerajaan Gilingwesi. Banyak orang yang menerima keadaan ini dan ada juga yang memilih untuk melawan dengan membuat gerakan pemberontakan yang bertujuan untuk menjatuhkan kejayaan Kerajaan Gilingwesi. Sungu Lembu adalah seorang pangeran Banjaran Waru sedangkan Raden Mandasia adalah seorang pangeran Kerajaan Gilingwesi.Keduanya bertemu di Kelapa, tepatnya di Rumah Dada Nyai Manggis. Rumah tersebut adalah pemberhentian sesaat mereka berdua dalam menempuh misinya masing-masing. Sungu Lembu dengan misinya untuk menghancurkan Kerajaan Gilingwesi atas apa yang terjadi pada Banjaran Waru dan Raden Mandasia sedang dalam misi untuk pergi ke Kerajaan Gerbang Agung untuk berupaya mencegah perang besar yang akan datang. 

Karena sebuah janji kepada Nyai Manggis, Sungu Lembu terpaksa mengikuti Raden Mandasia dalam misinya ke Kerajaan Gerbang Agung dalam upayanya mencegah perang antara Kerajaan Gilingwesi dan Kerajaan Gerbang Agung. Sungu Lembu yang seharusnya membenci Raden Mandasia karena ia adalah darah daging dari orang yang ia incar kepalanya yaitu Prabu Watugunung, lama-kelamaan setelah menghabiskan waktu bersama Raden Mandasia ia mulai menganggap Raden Mandasia sebagai kawan, sedikit demi sedikit ia mulai mengenal Raden Mandasia dan akhirnya tau akan kebiasaan anehnya yaitu ia senang sekali memotong sapi hidup-hidup dan mencuri dagingnya.

Dalam perjalanan menuju Kerajaan Gerbang Agung, Sungu Lembu dan Raden Mandasia melewati banyak petualangan gila, melelahkan dan mengesankan. Meskipun Sungu Lembu ikut serta dalam petualangan Raden Mandasia ini bukan berarti dia telah ikhlas atas perbuatan Kerajaan Gilingwesi terhadap Banjaran Waru melainkan karena ia yakin bahwa Raden Mandasia akan membawanya pada Prabu Watugunung dan bila saat itu tiba itulah kesempatan Sungu Lembu untuk membalaskan dendamnya.
"Maut tak perlu ditantang, bila waktunya datang ia pasti menang."
Selesai membaca buku ini itu rasanya puas. Seperti menempuh perjalanan panjang menuju suatu tujuan yang akhirnya membuahkan hasil yang kita inginkan. Lega. Itulah yang aku rasakan saat membaca Raden Mandasia si Pencuri Daging Sapi. Dongeng buatan Yusi Avianto Pareanom ini bisa dengan pasti aku nobatkan sebagai masterpiece. Cerita yang disajikan dalam buku ini mampu membuatku masuk ke dalam dunia yang dibuat si penulis ini dengan sepenuhnya. Jangan salah, meskipun aku membaca buku ini tergolong lama durasinya bukan berarti aku tidak menyukainya, tetapi malah karena aku sangat meresapinya sangat dalam hingga aku membacanya dengan pelan-pelan dan hati-hati karena tidak ingin kelewatan detil-detil kecil sedikitpun.

Buku dengan tebal lebih dari 400 halaman ini mungkin akan membuat bosan pembacanya. Alasannya adalah karena alur cerita di buku ini memang lambat. Buku ini lebih banyak dipenuhi flashback cerita asal mula karakter-karakter yang ada dalam buku ini seperti pertemuan Raden Mandasia dengan Sungu Lembu, pertemuan Sungu Lembu dengan Nyai Manggis, cerita masa kecil Sungu Lembu, cerita masa kecil Nyai Manggis, dll. Meskipun banyak sekali cerita flashback di buku ini, aku sendiri tidak merasa bosan sama sekali mengikuti dan menyelami dunia yang dibuat si penulis. Aku yang biasanya tidak menyukai buku yang memiliki alur lambat sendiri kaget karena bisa menyelesaikan buku ini dan malah sangat menyukainya. Sejujurnya aku hanya bisa mengatakan bahwa buku ini memang sangat menarik dan seru. Dongeng yang dibuat oleh penulis disini merupakan campuran dari dongeng-dongeng yang sudah ada dan mungkin kita kenal. Salah satunya ada unsur dongeng Pinocchio di dalam dongeng baru yang dibuat si penulis.

Untuk aspek bahasanya, memang buku ini setidaknya buatku yang jarang membaca buku sastra mungkin akan kebingungan di beberapa bagian karena adanya beberapa kosakata yang tidak awam, tapi justru disitulah bagian serunya, pembaca bisa mengetahui kosakata baru dan mengetahui apa makna dari kosakata tersebut. Aku sendiri, berulang kali harus membuka google untuk mengetahui beberapa kosakata yang ada. Oh ya, buku ini juga bertebaran dengan makanan. Sepertinya tokoh-tokoh di buku ini semuanya adalah foodie. Buku ini sangat berhasil membuat lapar! Untung saja aku membacanya pada saat sudah tidak berpuasa, bayangkan saja membaca buku ini saat berpuasa. Nyiksa coy!

Akhir kata, setelah membaca buku ini aku jadi memilki semacam personal attachment untuk buku ini karena buku ini membuatku tertawa, membuatku geli, dll. Sepertinya bisa aku masukkan buku ini di daftar "All Time Favorite Books", tapi entahlah yang pasti sih ini adalah salah satu buku terbaik yang kubaca di tahun ini! Tambahan lagi, buku ini mungkin tidak untuk semua orang tapi buku ini sangat patut untuk dibaca. Buku ini mengandung unsur kekerasan, bahasa kasar dan seksual jadi aku tidak menyarankan untuk pembaca yang belum cukup umur atau pembaca yang tidak terbiasa membaca maupun melihat hal-hal yang berbau kekerasan dan juga hal-hal seksual.

That's all for now!

No comments

Post a Comment